Sumpah Iblis Sepanjang Masa Untuk Menyesatkan Manusia



Setiap penduduk negeri manapun itu menginginkan kesejahteraan, kemakmuran dan kekayaan. Tidak ada satu orangpun yang bercita-cita untuk hidup sengsara, faqir dan miskin. Oleh karena itulah manusia berusaha, bekerja dan berdoa, yang tujuannya agar ia hidup sejahtera di dunia dan akhirat.

Terutama umat Islam, mereka selalu berusaha menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, bekerja tanpa meninggalkan ibadah, sehingga setiap rezeki yang ia peroleh terdapat hak orang lain yang harus ia tunaikan.

Oleh karena itulah dibuatlah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala syariat zakat, infaq dan sedekah, yang mana ini semua adalah hak harta yang wajib ditunaikan kepada yang berhak menerimanya.

Namun jauh sebelum diciptakannya manusia, disana sudah diciptakan makhluk yang memang sudah ditakdirkan menjadi musuh manusia dan bersumpah akan menghalangi manusia dari ketaatan kepada Allah dengan segala cara dan dari segala arah.

Iblis bersumpah sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla menghikayatkan dalam firman-Nya:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukumku tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian pasti aku mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al-A’raf 7 : 16-17)

Para pembaca yang dirahmati Allah semuanya, jalan Allah yang lurus adalah agama-Nya, oleh karena itu Iblis bersumpah bahwa ia akan menghalangi manusia dari jalan danagama Allah. (Gharibul Qur’an, Ibnu Qutaibah; 1/143 dengan sedikit gubahan)

Abu Muhammad at-Tusturi rahimahullah menafsirkan (jalan-Mu yang lurus) adalah: “Syariat Islam” (Tafsir at-Tusturi; 1/65).

Sedangkan Imam ath-Thabari rahimahullah menjelaskan: “Agama Allah; yaitu Islam dan Syariatnya. Sehingga makna ayat adalah sungguh aku akan menghalangi Bani Adam dari ibadah dan ketaatan kepada-Mu, sungguh aku akan menyesatkan mereka sebagaimana Engkau telah memvonis aku sesat.” (Tafsir ath-Thabari; 12/334)

Para ulama menafsirkan jalan dengan agama dikarenakan agama itu adalah jalan menuju keselamatan. (I’rab al-Qur’an, Abu Ja’far an-Nuhas; 2/47)

Sehingga sudah menjadi sumpah Iblis laknatullah ‘alaih bahwa ia benar-benar akan menghalangi manusia dari menerapkan syariat Allah dan agama-Nya. Hal itu adalah sumpah yang sudah ia jalankan sejak pengikrarannya.

Ia berhasil merekrut bala tentaranya dari setan jin maupun manusia, dengan satu tujuan untuk menumpas syariat Allah dan menutup segala celah ketaatan kepada-Nya.

Sehingga tidaklah mengherankan jika saat ini seperti di Indonesia, Arab Saudi, Malaysia atau negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim itu, syariat dan agama Islam ini dikriminalkan, dilarang dan para pembelanya diperangi.

Bahkan para pemimpin negeri-engeri itu tidak pernah rela jika Islam menjadi dasar negaranya, jika syariat Allah ditegakkan di bumi Allah Ta’ala ini.

Dengan berbagai cara dan alat mereka gunakan untuk menjauhkan umat dari Islam dan syariatnya. Mengerahkan bala tentara dari kaum liberal yang khusus bergerak dibidang pemikiran, yang mana mereka menyebarkan pemikiran rancu untuk merekonstruksi bangunan Islam yang telah sempurna itu.

Memburukkan citra Islam dan pemeluknya di mata manusia, sehingga manusia banyak yang lari dari ketaatan terhadap syariat Allah.

Mereka juga menggandeng pasukan dari ulama durjana dari barisan kaum Murji’ah Salafi untuk mengkaburkan hakikat Islam dan syariat-Nya, dengan tujuan untuk membodohkan umat dari tabiat Islam dan kekufuran yang akan senantiasa bertarung hingga akhir zaman, serta mencoba mengkompromikan Undang-Undang (UU) Thaghut dengan Islam agar terkesan tidak ada benturan antara keduanya.

Dan ini semua adalah realisasi sumpah Iblis diatas, untuk menjauhkan manusia dari Islam. Saat ini orang bisa merasa memiliki agama meskipun tidak beramal, merasa memiliki Islam meskipun ia adalah orang yang terdepan menolak Islam dan syariatnya.

Hingga pada puncaknya dari misi akbar Iblis itu adalah: “Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur”, ini semua setelah Iblis mendatangi mereka:

1. (Dari muka) yakni membuat manusia ragu terhadap akhirat. Maka lahirlah konsep Negara Sekuler, di mana agama tidak memiliki ruang untuk mengaturnya, dan begitulah yang saat ini terjadi di negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim.

2. (Dari belakang); adalah manusia akan dibuat rakus dan cinta dunia. Lihatlah berapa banyak manusia tersesat karena dunia, banyak ulama yang telah terasuki cinta dunia yang mana ia rela menukar agamanya demi dunia yang secuil.

3. (Dari kanan); yaitu Iblis akan menyuntikkan racun syubhat dalam agama manusia. Jika kita sadar bahwa sesungguhnya syubhat yang dilontarkan oleh para dai dan ulama penyeru pintu jahannam itu adalah senjata Iblis terampuh, di mana seseorang yang memiliki kecemburuan besar pada agama Allah dan semangat membelanya banyak tersesat dan terkapar karena racun syubhat yang disemburkan oleh lisan-lisan berbisa.

Kalangan yang semangat membela Islam namun salah dalam cara dan tujuan, membela Islam namun dengan menuntut ditegakkan hukum Thaghut untuk para penista agama. Semua ini dikarenakan mereka terjerat jarring-jaring syubhat bala tentara Iblis yang berkedok ulama, sehingga umat tak lagi risih dan risau dengan dihilangkannya hukum Allah dan diganti dengan hukum buatan manusia yang bersumber dari wahyu Iblis.

4. (Dan dari kiri mereka); Iblis akan membuat manusia itu cinta kemaksiatan, apapun bentuknya. Lihatlah kemaksiatan apa yang belum dilakukan oleh umat Islam di Indonesia dan Saudi Arabia! Dari yang hanya maksiat kecil hingga maksiat yang mengeluarkan pelakunya dari Islam, namun mereka merasa bangga, senang dan merasa menjadi orang yang cinta negri dan negara. (rujuk Tafsir ath-Thabari; 12/338)

Para pembaca yang dirahmati Allah semuanya, hHasil dari bujuk rayu Iblis dalam memerangi manusia terkhusus umat Islam saat ini adalah agar kebanyakan dari mereka tidak bersyukur, sebagaimana terdapat dalam ayat diatas:

وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur”. Menurut Ibnu Abbas (Syakirin) adalah “Muwahhidin”orang-orang yang bertauhid. (Tafsir Ibnu Katsir; 3/395)

Jelas sudah jika misi Iblis itu adalah memalingkan manusia dari tauhid menuju kesyirikan, sehingga kebanyakan manusia itu musyrik kepada Allah, menyekutukan Allah dalam hukum, aturan dan syariat, serta menyekutukan Allah dalam memberikan sifat yang hanya khusus dimiliki oleh Allah kepada makhluk hina yaitu sifat tasyri’ dan hukum.

Hal ini sebagaimana yang marak terjadi, di mana manusia saat ini lebih memilih jalan Demokrasi ketimbang jalan Islam, mengangkat manusia mencapai derajat Tuhan-Tuhan selain Allah, untuk menentukan dan membuat hukum yang tidak bersandar kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Tentu ini adalah kekufuran nyata di mata Islam dan fitnah terbesar yang terjadi di muka bumi, di mana hak Allah dirampas tanpa ada yang merasa dan memahaminya, bahkan kebanyakan umat justru meyakininya sebagai jalan keselamatan yang penuh dengan maslahat.

Sejak kapan syirik dan kufur itu berubah mejadi kebaikan? Sejak kapan merebut hak Allah itu sebagai bentuk ketaatan, dan jalan yang harus ditempuh!? Hal itu terjadi tidak lain ini adalah hasil dari konspirasi Iblis dan anak buahnya untuk menciptakan berbagai macam talbis, sehingga mereka akan melihat kemungkaran sebagai ketaatan, dan ketaatan sebagai kemungkaran.

Sungguh kebanyakan manusia telah membenarkan kampanye Iblis itu, mengikuti dan membelanya, seakan mereka berada diatas tauhid dan iman, namun sebenarnya mereka sedang mengantri di pintu jahannam tanpa mereka sadari.

Oleh karena itu, kunci keselamatan itu hanyalah iman dan tauhid yang murni, yang tidak terkotori oleh noda-noda kesyirikan, dan ini hanya diberikan kepada sekelompok orang beriman saja. Allah berfirman:

وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلَّا فَرِيقاً مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman.” (QS. Saba’ 34 : 20)

Maka sudah seharusnya kita sejak dini memperkuat iman dan Islam kita dengan melakukan ketaatan, menjauhi kemaksiatan, menggali Islam dari sumbernya dan berlepas diri dari para penjual agama demi kepentingan dunia sesaat untuk merusak aqidah umat Islam. Allahu A’lam… [Joko Tarub/Edt; Abd]